Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Lukisan Pesanan vs Karya Sendiri, Mana Lebih Tinggi Nilainya?


"Night Watch" karya Rembrandt van Rijn

Lukisan Anda kebanyakan karya pesanan atau karya sendiri ?
Saya sering  ditanya seperti itu. Pertanyaan pilihan sederhana yang bisa dijawab: ..  a) atau b)… Masalahnya sering kali si penanya ini sudah punya kesimpulan salah dalam benaknya, bahwa yang karya pesanan itu  rendah  nilainya. Sedang karya pribadi, karya yang dibuat atas kemauan sendiri itu lebih tinggi derajatnya. Atau sebaliknya,  ada juga yang  justru bersikap, karya yang pesanan dianggap tinggi, sedangkan karya pribadi dianggap rendah.

Stop Kehancuran..!.. Bersatu..: Selamatkan Generasi Anak Bangsa


-->
“Selamatkan Generasi Anak Bangsa” 
Karya Herri Soedjarwanto. 126x99cm,Mix media on canvas
Setan mengusung segala kemaksiatan di seputar harta, tahta dan wanita (Korupsi, abuse of power, pornografi)... menyerbu moral bangsa dengan kecepatan tinggi dan kekuatan dahsyat, seolah tak terbendung.. Krisis moral adalah penyebab penting dan utama dari keruntuhan bangsa-bangsa sejak jaman dahulu kala.

Tragedi WTC 911, catatan dan renungan.

" Menebar Cinta, Mencegah Teror "
 Karya Herri Soedjarwanto oil/canvas, 200 x 120cm  
 

Tragedi WTC 11 September 2001 adalah sebuah tragedi besar dan dahsyat yang menimpa kemanusiaan. Tragedi yang mengguncang perasaan umat manusia sedunia. Sangat disesalkan dan dikutuk karena sangat melukai rasa kemanusiaan siapapun, tak peduli apa warna kulitnya, kebangsaannya maupun agamanya. Suatu peristiwa tragis yang seharusnya tak usah, tak perlu dan jangan sampai terjadi lagi.

Dari sisi lain, tragedi WTC 9-11 adalah sebuah tonggak peringatan monumental bagi kemanusiaan dan umat manusia, untuk mawas diri dan segera menyadari bahwa ada sesuatu yang salah sedang terjadi. Ada yang salah dalam cara mengelola kemanusiaan ini.





Menebar Cinta, Mencegah Teror ( detil lukisan )
 Karya Herri Soedjarwanto  
 
Ada proses dialog yang terhenti, buntu. Ada rasa saling curiga. Ada yang coba

Meriam Bambu mainan tradisional anak Nusantara


Meriam Bambu  di Jawa dan Bali
Meski  sudah jarang terlihat di tengah kota , meriam bambu ( long bumbung, Jawa )  masih sering terlihat di pinggiran kota maupun di desa-desa di Jawa, Bali maupun (mungkin) di pulau-pulau lain (semasa kecil, saya di Kalimantan Selatan pun sering bermain meriam bambu bersama teman-teman).

“Meriam Bambu”,  Karya: Herri Soedjarwanto

Selamat Hari Raya Idul Fitri ,  Mohon ma’af lahir bathin.

Salah Kaprah tentang Realisme

"The Potato Eaters" karya Vincent Van Gogh.

Ketika Vincent Van Gogh melukis "Para pemakan kentang" dia bermaksud menceritakan tentang penderitaan para pekerja tambang yang serba sulit, betapa mereka dengan tangan yang masih kotor sehabis bekerja langsung meraup makanan... karena saking laparnya.....Tapi para pengamat cenderung lebih membicarakan dan berdebat soal goresan, komposisi, garis, bidang, warna, dan hal-hal lain yang sifatnya teknis soal lukisan Van Gogh.  

Pablo Picasso sepanjang hidupnya, sejak muda sampai tua,  melukis dalam berbagai corak. Mulai dari realisme, impressionisme, ekspresionisme, sampai ke kubisme yang merupakan corak temuannya.

Renungan 17-an : : anak-anak merah putih

Seorang bocah sedang makan singkong dengan piring bututnya.. sambil melamun... alangkah gagah dan kerennya anak-anak yang tadi dilihatnya berparade drum band di sepanjang jalan raya dalam rangka HUT Kemerdekaan RI..

[Bocah dalam lamunannya (yang diatas) mengenakan baju warna merah yang mengkilap… sedang dia sendiri (dibawah) memakai baju warna putih yang compang camping dan lusuh… ]

Si bocah hanya bisa melamun dan berkhayal...”… alangkah gagah dan bangganya seandainya  aku yang main drumband ...” katanya dalam hati , tanpa mengetahui bahwa sejatinya dia berhak untuk mendapat kesempatan itu…Apa boleh buat… dia harus menggelandang di jalanan.. tak bersekolah… Impian sederhana untuk sekedar bermain drumband dan berbaris dengan gagah saja,  sulit diraihnya…  entah lagi masa depannya kelak,…

Lihat lukisan & tulisan terkait

“Kami Anak Indonesia Juga lho….”


Lukisan realisme tentang anak-anak Indonesia Karya Herri Soedjarwanto
Hari Anak Nasional (23 Juli) tahun ini, juga HUT Kemerdekaan RI yang ke 65 kali ini ,  mestinya membuat kita menunduk dan merenung lebih dalam, karena banyaknya anak-anak Indonesia yang masih bermasalah. Baik di kota maupun di desa. Padahal mereka adalah generasi penerus bangsa ini. Masih banyak anak yang kekurangan gizi..busung lapar bahkan mati kelaparan. Jutaan anak tak berpendidikan, jutaan putus sekolah, jutaan pekerja anak, jutaan anak jalanan, anak terlantar … dengan segala ekses negatifnya… narkoba… psk anak… kekerasan terhadap anak, kriminalitas… dan masih sederetan panjaaang lagi… 
Saya termasuk yang banyak “mencatat” kedalam  lukisan (melukis)  tentang anak-anak yang terpinggirkan ini. Beberapa diantaranya  secara bertahap akan saya tayangkan disini
"Makan malam"
karya: Herri Soedjarwanto
Lukisan ini dikoleksi oleh seorang dari Jakarta yang menurut pak Dullah, dulu pernah dekat dengan Bung Karno. (saya tak tahu siapa beliau, sengaja catatan  ini saya cantumkan, dengan harapan bisa mengetahui keberadaan lukisan ini).

Di tepi jalan, didepan sebuah gedung bioskop, dibawah poster film “American Fever”, di tengah lalu lalang ceria orang mencari hiburan malam…. seorang anak dengan bapaknya duduk bersimpuh di trotoar sedang menikmati makan malam mereka, dari hasil meminta-minta. Sang bapak memegang batok kelapa sebagai ganti piring….. dan merekapun makan sebatok berdua.

 
"Bocah-bocah Stasiun"oil / hardboard 70x90cm
karya
Herri Soedjarwanto.
Koleksi Boss BNI Pusat Jakarta
Sekumpulan anak jalanan  di sebuah stasiun, ada penjual koran, penjaja es lilin, dan seorang bocah penyemir sepatu yang sedang menghisap rokoknya. Koran di tangan si anak bertanggal 23 Juli , dan terdapat logo Hari Anak Nasional…. Jam di stasiun menunjuk pukul 08:20 pagi, saat dimana seharusnya anak-anak sedang bersekolah. Di latar depan ada sobekan koran bertuliskan "..Saya Anak Indonesia…".. terbuang dalam  kotak sampah…

"Bayi Rakyat", oil/canvas, 90x120cm.
Karya: Herri Soedjarwanto
Koleksi Boss BNI Pusat Jakarta
Seorang bayi yang masih merah, terpaksa ditinggalkan ibunya dan dipasrahkan  kepada kakak-kakaknya yang masih bocah pula. Si Ibu harus pergi mencari nafkah dengan berjualan masakan di pasar.
Nampak si bayi dalam dekapan dan ditunggui  kakaknya yang masih kecil-kecil didalam ruang dapur yang runtuh sebagian temboknya. Di sekitarnya berserak alat-alat dapur bekas memasak. Di dekatnya nya seekor anjing kampung sedang mengintai kesempatan mencuri makan. Di luar , si ibu sedang berangkat , menyunggi meja terbalik di kepalanya. Di meja itu diletakkan panci masakan, piring , gelas periuk, kompor dan alat berjualan lainnya. 




'Sudut Desa Pejeng, Bali"
karya: Herri Soedjarwanto


CATATAN "Bayi Rakyat": Yang kulukis diatas adalah sebuah kejadian nyata yang kulihat dengan mata kepala sendiri, rutin, setiap hari, selama satu bulan penuh..

Ceritanya aku sedang membuat lukisan pemandangan alam “Sudut Desa Pejeng, Bali”. Lukisan Desa Pejeng itu kukerjakan secara langsung di depan obyeknya setiap hari (jam 6-9 pagi) selama30 hari penuh.

Nah… posisiku melukis, pas disebelah rumah si bayi itu. Beberapa hari setelah lukisan itu selesai, barulah aku garap lukisan “Bayi Rakyat” ini.



Lukisan Pemandangan Alam , Panorama yang Indah , Landscape….


-->
"Landscape Gunung Bromo",  oil/canvas 125x250cm.
karya: Herri Soedjarwanto.
Koleksi : Gedung Negara Grahadi , Surabaya.
Bagi seorang pelukis, melukis sebuah pemandangan alam yang indah adalah suatu cara untuk refreshing ..ber-rekreasi dan relaksasi  yang  produktif.  Berbeda dengan melukis obyek realisme naturalism lain (orang dan kehidupan, atau alam benda) yang harus memikirkan konsep dengan serius,  terikat dengan aturan  proporsi dan anatomi yang ketat.. dan seterusnya… melukis pemandangan agak lebih longgar dan lebih relaks.. menyegarkan perasaan dan membebaskan pikiran. Hingga menjadi  segar lagi, dan siap untuk masuk lagi  kedalam garapan  lukisan yang lebih rumit dan berat.
Mungkin itulah sebabnya mengapa para maestro,  pelukis terkenal dan ternama seperti Raden Saleh, Basuki Abdullah, Dullah, dan bahkan pelukis  terkenal  di  dunia seperti Rembrandt, Van Gogh.. dll,  banyak juga yang melukis pemandangan alam, meskipun sebetulnya mereka bukanlah “pelukis pemandangan”.

" Suasana Pagi di Padepokan Klampis Ireng" Purisemanding.
Karya: Herri Soedjarwanto
Bagi para peminat / kolektor lukisan yang setiap hari sudah dipusingkan dengan urusan bisnis yang menyesakkan, maka memasang lukisan pemandangan di ruang kerjanya bagaikan melongok keluar sebuah jendela berpanorama indah , ventilasi yang menyejukkan, menentramkan, menerawangkan pikiran.. membantu refreshing… bahkan mungkin membantu memecahkan masalah…                      
lihat artikel  &  lukisan Herri lainnya yang terkait :
Membajak sawah...

Kanjeng Ratu Kidul, Penguasa Laut Selatan ( *update )

"Kanjeng Ratu Kidul" (150x120cm) karya Herri Soedjarwanto
Difoto indoor dengan memakai lampu blitz / flash
Lukisan ini dipamerkan dalam Pameran Seni Rupa

"Ratu Kidul dan Dunia Mitos Kita" 
di Balai Soedjatmoko ( Bentara Budaya-nya Solo) tgl 24-30 April 2010, dan dimuat di katalog pameran.

Pameran dikuti pelukis senior yang cukup ternama seperti Djoko Pekik, Ivan Sagito, Nasirun, I Gusti Nengah Nurata, Suatmadji dan lain-lain.

(klik disini untuk melihat resensinya di  kompas.com) 
 Catatan: Agak mustahil bagi anak Jawa untuk tak mengenal atau  tak pernah dengar sama sekali tentang mitos  yang sangat melegenda : Nyi Roro Kidul. Setidaknya dari yang saya alami sendiri, ada tiga episode berbeda dalam pikiran dan perasaan saya, yang merupakan proses belajar dan pencerahan diri dalam menyikapi ‘keberadaan’ Nyi Roro Kidul.

Kanjeng Ratu Kidul (croping), difoto outdoor tanpa blitz.
(sebagai perbandingan warna)
Ketika masih bocah , ditanamkan dalam benak saya bahwa Nyi Roro Kidul adalah sosok yang sangat menakutkan, penculik anak, pembawa sial, penebar penyakit, pertanda kematian, pencabut nyawa dan masih banyak lagi predikat negative lainnya yang seram-seram. Sosok yang  muncul dalam gambar pikiranpun sangat menyeramkan, seperti tampilan nenek sihir dalam dongeng dan diiringi para tentara lelembut yang ganas menyeramkan.

Beranjak muda remaja, mulai muncul gambaran Nyi Roro kidul yang cantik tapi masih tetap dengan sifat yang menakutkan...Bayangan tentang sifat yang menakutkan inipun berangsur menipis, bahkan sosok Nyi Roro Kidul sendiri berangsur hilang (bukan terhapus), sembunyi dari pikiran sadar.

Hal ini terjadi bukan karena “mengerti”, atau mendapat info yang benar, tapi lebih  karena dilawan dan ditekan keras oleh rasio, dan ‘akal sehat’ yang dengan arogan (seolah) ‘selalu menang dan benar’ dengan mengatakan :”.. ah itu kan hanya mitos yang dibuat untuk tujuan politis...”

Setelah lewat waktu yang panjang, secara kebetulan dan tak sengaja, sering kontak dengan orang-orang yang “ngerti”dunia lain, maka mulai terbuka mata hati ini.  Saya menjadi tahu bahwa ada dua sosok yang berbeda, Nyi Roro Kidul dan Kanjeng Ratu Kidul.

            Konsep Lukisan:
Beliau Kanjeng Ratu Kidul adalah seorang Ratu yang sangat cantik jelita, seorang wanita sakti yang baik hati, mempesona, berakhlak mulia, lurus dan kuat keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan  Sang Ratu yang mulia dan mempesona ini menarik perhatian bangsa lelembut /makhluk halus/ jin. Mereka menilai beliau akan mampu memimpin, mengajari, mengarahkan bahkan menyelamatkan mereka sampai ke akhirat, saat kiamat nanti. Merekapun bersepakat memohon beliau untuk menjadi Ratu mereka.

Dengan ikhlas beliau menerima dan berpindah dari alam manusia ke alam gaib di laut selatan.. Maka jadilah Kanjeng Ratu Kidul yang mulia ini menjadi penguasa para lelembut , bertahta di Laut Selatan

Sedangkan yang selama ini membuat citra negative dengan isu-isu menakutkan  adalah sang patih / senopati Kanjeng Ratu Kidul yang ber nama Nyi Roro Kidul, atau pengikut dan peniru yang lain yang mengaku-aku. Karena (mungkin) itu memang ‘tugas asli’ kaum mereka untuk  menyesatkan manusia yang ‘sengaja minta disesatkan”… entahlah …wallahu alam. ( herri soedjarwanto )


( info :Lukisan ini dan kisah pembuatannya,  dimuat di majalah Misteri nomor 493, edisi awal Agustus 2010. Halaman 120-121. ) Mau lihat/baca? silahkan klik kanan gambar majalah di bawah ini.





Herri Soedjarwanto demo melukis di Bali (InterContinental Bali Resort, Jimbaran)

Herri melukis Tari Oleg saat menari, dilanjutkan pose duduk.
 Pertengahan November 2009 yang lalu Herri Soedjarwanto  diundang oleh Museum Rudana- Bali, untuk mengikuti pameran bertajuk The Spirit of Balinese Art. Pameran yang diadakan di Intercontinental Bali Resort, Jimbaran Bali itu diikuti oleh para pelukis Indonesia terkenal seperti Srihadi Sudarsono, Nyoman Gunarsa, Made Wianta dan lain-lain.

Sebagai satu-satunya pelukis realis, Herri Soedjarwanto didaulat untuk demo melukis langsung dalam acara penbukaan dan penutupan pameran, ditengah-tengah para tamu undangan asing dan pejabat yang hadir.

Hasil akhir lukisan  "Oleg Tamulilingan" karya Herri
Pada pembukaan pameran obyek lukisannya penari Oleg Tamulilingan yang sangat lincah. Pada awalnya Herri melukis langsung penari Oleg yang sedang menari menyambut tamu dan sekaligus membuka seluruh rangkaian acara Pameran. Kemudian setelah tarian usai, dia lanjutkan lagi dengan mendudukkan kedua penari berpose diatas panggung di tengah ruang pamer yang memang disediakan untuk itu..

Herri Soedjarwanto melukis Tari Kecak on the spot.
Pada saat penutupan pameran, di hari terakhir, Herri melukis langsung lagi. Kali ini obyeknya  Tari Kecak yang sedang berlangsung sangat seru... Mau tahu bagaimana?..klik disini untuk berita dan gambar  dari sumber aslinya.
Hasik akhir lukisan : "Tari Kecak" karya Herri
Lihat liputan berita bergambar lengkap di majalah berbahasa Inggris :