Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Lukisan Wajah (sembunyi) Nopember-Desember 2013


Mohon maaf, Lukisan ini terpaksa dipasang dengan menyembunyikan wajahnya.   
Pihak pemesan keberatan jati dirinya dipublish karena alasan privacy.  
Di sisi lain, saya perlu menunjukkan kepada para pihak yangsedang antri  memesan lukisan., bahwa,  kemarin sedang fokus mengerjakan  lukisan ini. Agar beliau-beliau bisa mengerti dan bersabar.  
  Jadi sebagai jalan tengah : saya tayangkan lukisan ini dengan menyembunyikan  identitasnya.  
Yang penting Anda masih bisa 'mengintip' kualitas garapannya. :-)  
Mohon maaf dan mohon pengertiannya.

"Dari Jalanan Sampai Lukis Presiden"

Cuplikan kisah perjalanan seniman lukis 

Herri Soedjarwanto dan Dullah.

"Dari Jalanan Sampai  Lukis Presiden" oleh:
Adib Muttaqin Asfar. Solopos 21/8/2012
Mau ikut membaca? ... 
klik kanan / tap,  pada gambar... 
klik open link in new window..
Kalau tulisannya kurang besar?...klik sekali lagi..

Lihat artikel / gambar lain yang terkait langsung topik diatas :
-Lukisan Potret Wajah / Lukisan Wajah ( definisi dan gallery )
-Lukisan Potret Wajah dengan Pesan Khusus yang Unik... 
-Melukis Potret Wajah Pengantin.."sebuah Mission Impossible..!!"

Lukisan ini pernah di Balai Lelang Sotheby

Lukisan Menggendong Adik karya Herri Soedjarwanto
"Momong Adik" karya Herri Soedjarwanto
dikoleksi oleh:  Sudwikatmono.........
masuk balai lelang Sotheby ...

Dullah dalam kenangan Herri Soedjarwanto



" Kalau cara nggambarmu nonstop -siang malam sampai pagi - seperti ini, .. nampaknya kamu akan sangat cocok dengan pak Dullah.. beliau kalau melukis juga sampai pagi... "..kata para pelukis tua 

Hari ini tanggal 19-September. Tiba-tiba saya teringat  pak Dullah… 19-9-1919 ..Yaa.. susunan  angka yang sangat istimewa ini adalah hari kelahiran Dullah, pelukis Istana RI semasa Presiden Soekarno (Bung Karno).

Lukisan Realisme-Naturalisme yang Bagus itu seperti apa?* (5 Level Realis)

Lukisan wajah Kakek Merokok, Herri Solo
"Kakek Merokok" Karya Herri Soedjarwanto
Secara sederhana sebuah lukisan realism-naturalism setidaknya dapat ditinjau dari dua aspek. Pertama, dari aspek penggarapan visual yang kasat mata dan kedua: aspek muatan ide, gagasan, isi pesan, makna dan sebagainya yang  tak kasat mata

Melukis Pemandangan Alam: Hutan, Gunung, Sawah, Pedesaan... Go Green, Back to Nature

Alam adalah Guru yang terbaik, kaya warna,
sumber dari segala rahasia ilmu melukis.


" Suasana Pagi, Desa di kaki Gn Agung, Bali."
Karya: Herri Soedjarwanto, koleksi:
Fine Art Gallery ; Museum Rudana, Bali.
Belajar dari Alam
Seorang pengajar seni rupa menemui saya untuk belajar  melukis potret wajah. Saat itu saya sedang melukis pemandangan alam, dan kebetulan jadi sangat  bagus.
Saya katakan padanya: “ Lukisan ini kualitasnya tinggi dan berbobot,  apakah bisa anda rasakan..?”

“ Mohon maaf mas Herri, saya tak suka dengan lukisan pemandangan.  Saya ke sini untuk belajar  pewarnaan lukis wajah, … bukan pemandangan..”
Itu jawaban yang  benar !!benar-benar salah , maksud saya..!!

Mengajar Menggambar Mahasiswa L A , sebuah Kisah Nyata . . .

Tentang :
- Tiada hari tanpa menggambar, kapan saja , dimana saja
- Mengatasi rasa takut menggambar
- Dari tak pede menjadi super pede dalam 4 minggu

"Putri , umur 5 tahun", (cropping ), salah satu
dari 4 lukisan "Putri" karya Herri Soedjarwanto.
Lukisan lainnya yang terbesar & historis naratif,  

dipasang di rumahnya di Beverly Hills, California. 
Seorang boss di Jakarta bercerita  bahwa putrinya  telah lulus dari Beverly Hills High School  California dan kemudian melanjutkan studinya ke Graphic Design di sebuah College  of Art and Design yang terkenal di Los Angeles, California, yang mahasiswanya berdatangan dari seantero penjuru dunia.

Di tahun ke dua , muncul “masalah besar” bagi sang putri,  yang membuatnya stress, panic dan menangis, setiap menelpon papinya di Jakarta.

LUKISAN WAJAH Ibunda Tercinta, "Mission Impossible" Jilid 2

"Ibunda Tercinta" (2013) karya Herri Soedjarwanto
Lima hari yang lalu (08/06/2013) , setelah melihat blog Lukis Wajah, seorang Ibu dari Jakarta menelpon memesan lukisan wajah untuk kado ulang tahun  Ibunda Tercinta nya.

Saya hampir saja menolak pesanan ini, karena waktu kerjanya yang terlalu pendek, hanya tersisa tiga setengah (3,5) hari saja, untuk lukisan yang normalnya butuh 10 - 14 hari kerja.

Pesanan Lukisan Khusus & Ribet yang ditolak Basuki Abdullah..


Minta dibuatkan lukisan 200 x 150 cm,
cuma dari pasfoto KTP (hitam putih)  3 x 4cm 

"Keluarga Keraton Jawa" (croping)
Lukisan wajah  karya Herri Soedjarwanto
Ukuran: 200cm x 150 cm
dibuat dari: 6 lembar pas foto KTP  3x4cm 
hanya dengan keterangan di tiap foto

berat badan sekian, tinggi badan sekian..



Beberapa  tahun silam,  seorang pengusaha  yang menyandang  gelar kehormatan dari keraton Surakarta ( zaman PB XII),  bermaksud membuat dua buah lukisan.

 1- Lukisan pernikahannya ( tahun 60-an).
2- Lukisan keluarga  pada saat ini (1985-87)  lengkap beserta ke empat putra putrinya.  

Beliau mengatakan, sudah memesan lukisan ini ke Basuki Abdullah, tapi Basuki Abdullah menolak.

Setelah itu beliau mencari pelukis lain kesana kemari,  tapi tak ada yang cocok,   akhirnya seorang temannya  mengajak ke tempat saya..

Perjalanan Panjang Sebuah Lukisan

Bayi Rakyat, Lukisan yang Mampu Berjalan Sendiri


"Bayi Rakyat" (1981-83) oil/canvas, 90 x 120cm,
 karya: Herri Soedjarwanto.
Koleksi Boss BNI... pindah tangan ke kolektor di Amerika
Beberapa waktu yang lalu saya terima  email dari  Amerika, dia  seorang kolektor. Dia punya karya beberapa pelukis senior Indonesia, dan tentu saja pelukis Amerika. Kita saling berbalas email, dan ini terjemahan bebasnya :.

“ Saya tiba di Website Anda secara kebetulan. Senang sekali saya bisa menemukan Anda . Saya punya beberapa lukisan Anda, saya beli dari seorang kolektor senior  di Indonesia (Jakarta) beberapa tahun yang lalu. Salah satunya adalah “Bayi Rakyat” yang kebetulan saya lihat di blogspot Anda. Saya rasa itu adalah salah satu karya masterpiece Anda”.
Tentu saya sangat bersyukur mendengar kabar tersebut.
Ternyata sebuah lukisan yang kuat akan mampu menemukan dan menempuh jalannya sendiri bahkan tanpa usaha dan campur tangan pelukisnya.

Lukisan Realisme Sosial, Narrative, Kolosal, karya Herri Soedjarwanto.

Ada banyak lukisan saya buat untuk mencatat banyak hal yang terjadi yang terekam oleh pikiran dan perasaan saya. Hal itu bisa saja suatu hal yang sangat remeh temeh, atau sebaliknya bahkan sesuatu yang sangat luar biasa.... Buat saya,  apapun halnya ,  itu bukan masalah. Yang penting adalah, apapun itu harus dikerjakan dengan serius, sungguh-sungguh dan antusias tinggi.. Karena seni ( lukis realis ) yang tinggi hanya bisa dicapai dengan kondisi mental seperti itu.

Ironi Orde Baru dalam 3 Lukisan 
Kali ini saya tayangkan tiga lukisan karya saya yang mencatat hal dan kejadian yang rada serius di negeri ini .. Banyak hal bisa saya jelaskan mengenai tiga lukisan ini, tapi saya belum sempat,.. jadi, sementara... biar saja mereka bertiga bicara sendiri.. kan... katanya.. satu gambar bicara lebih dari sejuta kata...? : ) ....



 "Pak Harto Si Anak Desa" (1997 ), oil on canvas, 160 x 100cm, lukisan karya: Herri Soedjarwanto
koleksi : Bpk. Sudwikatmono, dihibahkan ke: Museum Purna Bhakti Pertiwi (museum Pak Harto), TMII, Jakarta.








"Krisis di Titik Kritis"
(Februari-1998 ) Arang diatas kanvas.
160 x 100 cm
Karya: Herri Soedjarwanto.


note: Setelah lukisan ini selesai dibuat, dipamerkan, dan dimuat resensinya di media masa ... sebulan kemudian  pecah peristiwa kerusuhan  Mei '98.

Berikut ini kliping koran yang berisi resensi tentang lukisan ini,
(klik koran untuk membesarkan)







"Tinggal Landas, Tinggal Amblas"( 1998-99 ) Mix media on canvas. 126 x 180 cm
lukisan karya: Herri Soedjarwanto, dikoleksi oleh keluarga Setiawan Djody.

Lukisan ini masuk Finalis Kompetsi Seni Lukis Nasional,YSRI-PHILIP MORRIS 1999.( 100 lukisan terbaik dari sekitar 3000an karya yang dikirim ke panitia ). Dimuat dalam katalog dan ikut dalam pameran bertajuk : "A STROKE of GENIUS" disponsori oleh Philip Morris.

Lihat Lukisan Realisme Sosial karya Herri yang lain :
( klik pada judul ) :
" Kami Anak Indonesia juga ...lhoo.." ( bocah stasiun, anak jalanan, bayi rakyat ) 
Stop Kehancuran...Bersatu.. Selamatkan Generasi ... (..dan Bung Karno pun menangis..) 

Lukisan Keindahan Cinta, KasihSayang dan Kebahagiaan

        Lukisan  Pesanan Khusus yang Unik
        Lukisan Potret  Keluarga Bahagia.

"Happy Family", (2013),  karya Herri Soedjarwanto.
Dalam melukis pesanan potret wajah
  Herri punya komitmen :
Lukisan harus lebih bagus kualitasnya, lebih indah dan 
lebih hidup dari pada foto acuannya.
Intro: 
Sejatinya lukisan pesanan tak ada bedanya dengan lukisan karya pribadi. Yang penting adalah kualitasnya. Asalkan bagus, tinggi kualitasnya, ia berhak berada di tempat tinggi , mendapat penghargaan tinggi, bersanding dengan karya lukis tingkat tinggi yang manapun.

Lihat saja : Mona Lisa-nya Leonardo Da Vinci.
 Night Watch-nya Rembrandt Van Rijn, 
Marie de Medici-nya Peter Paul Rubens....(dan masih buaanyak lagi).. itu semua adalah karya
-karya Agung Dunia, yang dibuat berdasarkan pesanan ...Nah...renungkan..dan coba pikir ulang...semoga yang suka memandang rendah lukisan pesanan segera bertobat..dan diampuni dosanya..(he-he-he-he..)..

Melukis Realisme, Tak Sekedar Memindahkan Gambar

Kisah lukisan sederhana yang memberiku pelajaran penting 
"Foto Kenangan" (1979/1980)
Karya Herri Soedjarwanto
Dikoleksi : Boss BNI Pusat Jakarta
(Lukisan ini dibuat dengan melukis model dan
obyeknya langsung, tanpa bantuan foto sama sekali.
(1) cerita dibalik terciptanya lukisan dan proses pembuatan.

Suatu hari di masa lalu, seorang pelukis tua di Solo yang nge-fans berat padaku (?!..wah..?? GR nih.. hehehe..) .. datang ke rumahku dengan membawa seorang pemuda yang kira-kira sebaya denganku.

“Dik Herri, ini keponakan saya , putus dari  ASRI Jogja. Orang tuanya  ingin dia ikut saya belajar melukis. Tapi kalau cuma belajar sama saya,  bisa dapat apa dia?.. Makanya  saya ajak kemari, saya  titipkan dia pada dik Herri, untuk belajar  melukis di sini saja.
Syukur-syukur kalau nanti bisa ikut ke Bali  .”